Coma

PicMonkey Collage

 

Coma

Length: Part 1 of 3

Genre: Angst

Rating: PG-15

Main cast & Additional Cast: Oh Sehun, Park Chanyeol, Kim Junmyeon, Kim Jiyoung (adapted from kang jiyoung), Kim Jongin, Minah “girls day”, sulli “f(x)”, Kim Jiwon

Disclaimer: Terinspirasi dari MV Kara “Runaway”, sudah di publish di beberapa web ff lain. as long as nama authornya macanman ga masalah ya shay

2 Agustus 2013

“silakan masuk”

Seorang dokter dan perawat menghampiri seorang pemuda yang menunggui adiknya yang terbaring lemah. Kim Jiyoung, gadis cantik itu sudah seminggu belum terbangun. Bahkan tangannya tidak bergerak sama sekali untuk membalas genggaman tangan kakaknya. Sebenarnya ia sudah berkali-kali terkena serangan seperti ini, namun entah mengapa kali ini ia sangat khawatir adiknya tidak akan bangun. Mungkin karena mereka sering bertengkar akhir-akhir ini..

“tidak mau!”

 

“ya, jiyoung-ah, oppa sudah memilihkan yang terbaik untukmu”

 

“tapi kan oppa tahu kalau aku sedang berpacaran dengan chanyeol!”

 

“anak berandal itu lagi?! Dia hanya bisa membuatmu susah! Sudah jelas orang yang aku pilih akan menjagamu!”

 

Dia

Atau mereka, lebih tepatnya. Dua pemuda yang sama-sama memiliki arti penting bagi jiyoung. Mereka mungkin berbeda, seorang adalah anak pemberontak yang menguasai sekolah dan seorang lagi adalah pelajar teladan yang menjadi idola semua orang. Namun, ada satu persamaan yang dimiliki oleh keduanya, mereka sama-sama mencintai adik kesayangannya

Tentu saja aku akan memilih sehun dibanding anak pemberontak itu, batin suho dalam hati

Oh sehun, Pemuda yang dipilihnya itu adalah anak dari seorang mitra bisnisnya di bidang retail dan otomotif. Sehun memiliki semua yang diidam-idamkan semua kalangan jetset; tampan, kaya, pergaulan luas, dan berkepribadian baik. Selain itu nilainya yang sempurna bukan hanya hasil dari kerja kerasnya yang selalu belajar, ia juga memiliki IQ diatas rata-rata. Hal itu yang membuat ia sukses menjadi calon penerima beasiswa di yale university, jurusan hukum. Ia juga memperlakukan jiyoung seperti seorang putri, dengan sering berkunjung ke kediaman mereka dan membantu jiyoung dalam segala hal. Baik untuk perbaikan nilai akademis jiyoung karena banyaknya absen disebabkan oleh pengobatan penyakitnya sampai menjaga jiyoung setiap pulang sekolah karena jadwal suho yang padat dan tidak memungkinkan untuk memantau adiknya terus-menerus, walaupun sebenarnya adiknya agak keberatan dibantu oleh sehun

Namun suho semakin tidak mengerti mengapa adiknya lebih memilih pemuda bertopi dan berjaket kulit yang berada di sebelah sehun, park chanyeol

Menurut penuturan sehun dan juga beberapa mata-mata suruhannya, chanyeol tidak lebih dari pemuda kasar yang tidak punya prestasi kebanggan kecuali menjadi anggota inti tim baseball dan basket di sekolah. Kemampuan atletiknya mungkin mengagumkan, tetapi ia hanya menerima rangking 50 terbawah karena masalahnya dalam pelajaran dan kelakuannya yang buruk

Entah apa yang membuat jiyoung lebih memilih pemuda urakan itu dibanding sehun

Mungkin karena usaha anak itu untuk menarik perhatian jiyoung. Waktu itu ia pernah menggendong jiyoung sampai ke rumah saat tubuh jiyoung kolaps karena penyakit jantungnya kambuh lagi. Ia juga pernah mendatangkan seluruh teman-teman jiyoung ke rumah sakit setelah jiyoung sukses menjalani operasi bypass dan menjadi terkejut-kejut saking senangnya. Jiyoung yang ceria memang tidak hanya berteman dengan anak-anak kalangan jetset yang ada di sekolahnya, tetapi juga anak-anak dari orangtua yang biasa saja dan penerima beasiswa, atau anak dari kalangan yang tidak mampu

mungkin juga karena sehun hanya mengurusi adiknya seperti baby sitter yang membuat jiyoung merasa kurang nyaman, walaupun tak jarang ia melihat jiyoung bermesraan dengan sehun

sambil melihat adiknya yang masih terbaring lemah, suho mendekati sehun yang menatap jiyoung dari kejauhan

“jaga adikku, aku ada rapat hari ini”, suho mendekati sehun dan berbisik, “dan jauhkan anak itu dari jiyoung”

mereka sama-sama menatap chanyeol yang terus memegangi tangan jiyoung sambil tertidur lelap

***

11 januari 2011

 

Aku memandang teman-temanku yang sedang melakukan lari sprint di lapangan. ada yang kelelahan, ada yang terobsesi untuk menjadi juara, ada juga yang bermalas-malasan dengan berlari-lari kecil seperti minah dan sulli. aku tersenyum sekaligus merasa iri. terakhir kali aku berolahraga pada saat kelas 1 smp, aku ingat sekali pada saat pelajaran bola basket. aku bermain dengan sangat gembira sampai-sampai aku tidak sadarkan diri dan ternyata aku sudah berada di rumah sakit. sejak itu suho oppa melarangku untuk mengikuti semua kegiatan olahraga, bahkan sampai menghubungi sekolahku. ternyata penyebabnya adalah kondisi jantungku yang semakin menurun sehingga  hampir segala ruang gerakku dibatasi. untungnya aku masih diperbolehkan untuk belajar di sekolah, jadi masih bisa merasakan kebebasan.

di smp, aku hampir tidak memiliki teman karena banyaknya absen pada saat kegiatan di sekolah. namun di sma ini aku bertekad untuk mengubahnya. buktinya aku memaksakan diri untuk ikut menonton teman-teman di lapangan meskipun aku tidak melakukan kegiatan olahraga

“boleh aku minta minum?”, seorang pemuda berambut cokelat kemerahan menghampiriku

aku mengenali anak ini, park chanyeol, kelas 2-3. kelasnya berada di sebelah kelasku. aku sering melihatnya bergerombol bersama teman-teman lelakinya dan juga bersama jongin teman sekelasku. ia sering memakai topi, namun pada kali ini aku melihatnya pertama kali tanpa memakai topi. ternyata sama tampannya saat ia memakai topi

“hei, kenapa kamu diam saja?”, katanya sekali lagi. aku langsung tersadar dan segera memberikan botol air mineral di sebelahku. ia tersenyum dan langsung duduk disampingku untuk minum

“kau dari kelas mana?”

“2-4”, jawabku sambil agak menunduk. aku jarang disapa anak lelaki yang belum kukenal, makanya aku agak malu

“daritadi kau hanya duduk saja di sini. sudah berlari?”

aku tertawa kecil, “aku tidak ikut lari hanya menonton teman-teman saja”

“waeyo? olahraga itu sehat! menyenangkan, berkeringat dan membuat bahagia..”, ia tersenyum memamerkan gigi

“aku tidak diperbolehkan untuk berolahraga”, aku tersenyum kaku, “aku sakit”

dia tersentak lalu memandangku lurus-lurus, “kau.. yang waktu itu pingsan saat upacara penerimaan murid baru?”

aku tertawa. ternyata peristiwa memalukan saat hari pertama di smu itu masih teringat juga oleh salah seorang murid disini

“ne, ne”

“apa saja hal yang dapat membuatmu pingsan?”

“macam-macam. berdiri terlalu lama, makan terlalu banyak..”, aku menggoyangkan kuncir kudaku, “tapi kalau aku merasa sangat lelah aku pasti langsung pingsan. merepotkan sekali”

dia mengangguk-angguk lama sekali, “tapi kau tidak merasa kesulitan belajar?”

“ani”, aku tersenyum, “setiap sore aku belajar bersama guru privat. belajarnya pun tidak melelahkan karena aku mengerjakan soal-soal di tempat tidurku atau di meja makan”, seketika aku langsung membayangkan wajah oh sehun yang sangat serius mengerjakan soal matematika

“wah aku saja yang sehat punya kesulitan belajar yang besar.. bagaimana aku punya kondisi sepertimu”

ia langsung menghentikan ucapannya, mungkin karena takut menyinggung perasaanku

aku tertawa, “oleh karena itu kau harus bersyukur karena bisa menyerap pelajaran lebih banyak di kelas”

ia mengangguk mantap lalu bangkit berdiri, “wah, badanku langsung merasa segar! terimakasih air minumnya ya!”

aku mengangguk dan tersenyum. kemudian ia mengulurkan tangannya kepadaku

“sekali-sekali kau harus ikut berolahraga”, ujarnya, “namaku park chanyeol, mulai sekarang kita berteman ya”

aku menyambut uluran tangan itu malu-malu, “kim jiyoung imnida, nanti aku akan mengajarimu matematika”

“wah, senang sekali”, ujarnya, “janji?”

“janji”

***

Sehun menatap gadis yang ada di sampingnya. mata bulat, hidung mancung, rahang yang tegas, dan bulu mata yang lentik membuatnya tidak terlihat seperti orang korea. namun rambut hitam sebahu yang agak berombak menyatakan ia masih berstatus anak sah dari keluarga kim karena hampir seluruh keluarganya memiliki rambut seperti itu. jiyoung mewarisi wajah agak kebaratan dari ibunya, yang keturunan belanda dan kini menetap di amerika setelah bercerai dari ayahnya. berbeda dengan kakaknya yang “sangat korea”, suho, adalah pewaris kerajaan bisnis yang dijalani ayah dan kakeknya selama puluhan tahun. kelakuan mereka pun berbeda karena suho seorang pria yang tegas dan jiyoung adalah pribadi yang ceria dan mau berteman dengan siapapun

“ada apa sehun oppa?”, jiyoung memandang sehun heran

“gwenchana”, sehun menggeleng gugup, “kau merasa kesulitan dengan soal nomor 16?”

“sedikit”, jiyoung menyodorkan pekerjaannya pada sehun, “bagaimana menyelesaikan persamaan ini?”

“oh itu”, sehun menuliskan caranya di secarik kertas kecil dan menggarisbawahi rumus yang penting, “kau tinggal memasukkannya ke rumus yang ini lalu dikalikan enam”

“omo! hanya seperti itu??”, jiyoung mengerjapkan matanya, “akan kucoba! gomawo oppa”

sehun tersenyum melihat jiyoung begitu bersemangat mengerjakan soal fisikanya. hanya pada waktu seperti ini ia bisa bebas berduaan dengan jiyoung, setiap sore di kamar jiyoung atau di gazebo yang terletak di halaman belakang. sisanya gadis akan selalu menghindar darinya terutama pada saat di sekolah. mungkin karena ia masih tidak terima dengan berita pertunangan mereka yang tersebar di media

semenjak diberitahu ayahnya ia akan bertunangan dengan anak salah seorang pengusaha terkaya di seoul, ia langsung berpikiran macam-macam. pasti ia akan bertunangan dengan gadis yang manja, banyak menuntut, dan tidak mau susah batinnya dalam hati. namun saat ia pertama kali bertemu dengan jiyoung yang sedang bermain dengan anak-anak berkepala botak penderita kanker di ruang bermain anak, pikiran buruk itu langsung ia tepis jauh-jauh. jiyoung seperti malaikat. ia juga tetap bersikap baik pada sehun meskipun ia tidak mau dijodohkan dengannya

sejak saat itulah ia mulai menjaga jiyoung seperti seorang pengawal pribadi meskipun jumlah pengawal gadis itu juga cukup untuk menjaganya. setiap hari ia mengantar-jemput jiyoung dengan mobil audi r8 miliknya, belajar bersama setiap sore, bahkan merawat jiyoung pada saat penyakitnya sedang kambuh

“sehun oppa”, gadis itu mengguncangkan bahunya, “gwenchanayo? sepertinya kau sedang banyak pikiran”

“aku hanya sedang memikirkanmu”, ucapnya jujur, “kamu masih sakit, tapi memaksakan diri untuk masuk sekolah dan mati-matian belajar sampai selama ini. aku khawatir kalau kau sampai kolaps lagi”

jiyoung tersenyum, “gwenchana oppa, aku kan tetap harus berusaha untuk mendapatkan nilai yang bagus”

sehun tersenyum. terkadang ia khawatir dengan sikap keras kepalanya jiyoung dengan memaksanya belajar bersama sampai malam hari. untuknya sih oke-oke saja karena kamar rumah jiyoung terlalu banyak dan ia sudah terbiasa menginap untuk mengurus jiyoung saat kondisinya sedang drop. namun jiyoung seringkali mengeluh sakit kepala atau nyeri dada ditengah belajar namun tetap memaksakan diri untuk mengerjakan soal

“kita istirahat sebentar, baru setelah makan malam kita lanjutkan lagi. aku yakin kepalamu sudah pusing kan?”

“ya, sedikit. tapi aku tidak apa-apa kok”, jiyoung tersenyum kaku dan wajahnya semakin memucat. tubuhnya juga sudah agak melemas. dengan sigap sehun menopang tubuh gadis itu sambil mengantarnya ke tempat tidur

“tuh kan, kalau sudah tidak kuat jangan dipaksa”, sehun sedikit mengomel sambil merebahkan tubuh jiyoung ke kasur. kemudian ia mengambilkan segelas air dan obat painkiller yang sering diminum jiyoung ketika rasa sakitnya ‘datang’

“gomawo”, ujar jiyoung lirih setelah meminum obatnya. kemudian ia segera berbaring membelakangi sehun

“pulanglah”

“tidak bisa. aku harus menjagamu sampai suho hyung pulang”

“gwenchana, sebentar lagi jiwon eonni akan pulang”

“aku akan tetap menjagamu”

“tidak mau”

“kenapa?”, Tanya sehun gusar

“aku selalu merasa bersalah setiap aku memelukmu”

“pada siapa?”

tidak ada jawaban. gadis itu tetap meringkuk menahan rasa sakitnya. entah di dada, di kepala, atau malah di sekujur tubuh. hal itu membuat sehun semakin khawatir

“kemarilah”, kata sehun lembut, “masih sakit kan”

terdengar suara isak pelan dari mulut jiyoung. sehun menarik selimut menutupi badan jiyoung lalu merengkuhkan tangannya memeluk gadis itu untuk bertahan dari rasa sakitnya

“banyak gosip tidak enak yang muncul dari teman-teman. sebaiknya kita tidak terlalu berdekatan”

“aku juga temanmu kan?”, ujar sehun sabar, “untuk saat ini, kau boleh menganggapku sebagai siapa saja”

“kau selalu melindungiku”, kata jiyoung lirih, “bahkan melakukan hal-hal yang.. lebih dari teman. aku tidak mau ada kesalahpahaman”

suasana kembali hening setelah itu. baik jiyoung maupun sehun merasa sama-sama tidak enak karena membahas hal yang tidak mungkin ada jalan keluarnya; hubungan mereka. ia tidak seharusnya membicarakan hal ini karena akan membuat jiyoung semakin sedih

“m-mianhae”, kata mereka bersamaan. jiyoung tersentak dan menoleh kepada sehun sembari tersenyum

“lupakan saja”, ujarnya, “aku tahu sehun oppa sedikit emosi karena aku yang keras kepala. terimakasih telah bersabar”, kemudian ia memeluk sehun erat

sehun balas memeluk jiyoung lebih erat, “I love you”

tidak ada jawaban dari jiyoung, hanya pelukan erat seperti biasa.

***

makan malam kali ini berlangsung amat sunyi. hanya terdengar suara sendok dan garpu dari masing-masing anggota keluarga. tidak ada yang salah dalam makan malamnya; baik menunya, peralatannya, dan juga suasana-bahkan pada saat daging lamb chop datang pada hidangan main course semuanya sempurna. namun, semua anggota keluarga-tuan kim, suho, jiwon, jiyoung, dan sehun terlihat tegang. tidak ada percakapan sama sekali di meja makan

“jiwon-ah, bagaimana dengan karir ibumu sekarang?”, Tanya tuan kim mencairkan suasana

“baik, abeoji. sekarang sudah ada koleksi terbaru untuk fall-winter dan akan mengadakan pameran busana di Seoul dan Tokyo”, jawab jiwon sopan. jiwon dan suho sudah menikah sejak dua bulan yang lalu. mereka adalah teman kuliah di Princeton university, sewaktu suho masih menumpang tinggal di rumah ibunya dan kuliah bisnis di amerika. beruntung jiwon adalah anak dari pengusaha fashion dan retail yang terkenal sampai ke Tokyo dan Paris, sehingga hubungan mereka direstui oleh tuan kim

“bagaimana dengan perkembangan belajar jiyoung, sehun-ah?”, Tanya tuan kim kepada sehun

“sepertinya kemarin jiyoung terlalu bersemangat mengerjakan soal, abeoji. sehingga kondisi kesehatannya agak menurun”, sehun tertawa kecil menatap jiyoung, “tapi untungnya tidak terlalu mengkhawatirkan. menurut dokter lead jantungnya masih terkendali”

“syukurlah kalau begitu”, ujar tuan kim, “sehun baik padamu kan, jiyoung-ah?”

“n-ne appa”, jawab jiyoung sambil menunduk

“kalau begitu kamu setuju dong untuk bertunangan dengan sehun”, ujar suho mantap, “minggu depan kita adakan photoshoot untuk kalian berdua. ada salah satu majalah socialite yang ingin meliput kalian”

jiyoung ingin membuka mulut untuk memprotes, namun segera ditahan oleh sehun, “akan kami pikirkan, hyung. kami sedang persiapan ujian semester”

“kabari aku segera, oke?”, ujar suho memastikan. jiyoung menelan ludah, semakin jengah pada tingkah kakaknya ini

***

“goaaaaal!”

aku tersenyum senang melihat jongin mencetak goal yang ketiga. sontak seluruh supporter yang terdiri dari anak kelas 2 berdiri meneriakkan yel-yel kemenangan. tim sepakbola kelas 2 memang tidak bisa dikalahkan kali ini, bahkan melawan anak kelas 3. kulihat minah juga ikut berteriak sambil loncat-loncat dari bangku penonton, menyemangati namjachingu-nya. kemudian jongin menyadarinya lalu mengedipkan mata pada sahabatku ini

“aigu.. jiyoungie, mengapa kau diam saja tidak ikut berdiri? apa jantungmu kambuh lagi?”, Tanya minah khawatir

“aniya.. aku tidak apa-apa kok”, jawabku santai, “sungguh”

“jongin memang luar biasa hari ini! aku banggaaaa sekali!”, seru minah dengan hati yang berbunga-bunga. hatiku juga, dengan melihat park chanyeol dari kejauhan meskipun ia tidak menyadariku pun cukup membuatku senang

“ternyata kau ada di sini, jiyoung!”

aku menoleh kaget, park chanyeol

“terimakasih sudah menonton pertandinganku”, ujar chanyeol senang, “pantas saja tim kita menang hari ini”

“ah, tim kalian memang selalu menang kan”, celetuk minah namun tiba-tiba dirangkul jongin lalu mereka berjalan menjauhi bangku penonton yang mulai sepi. tinggal aku dan chanyeol

“well, tim kalian hebat sekali”, aku memberanikan diri memulai pembicaraan, “aku senang bisa menonton kalian. sangat menyenangkan”

“lebih menyenangkan lagi karena ditonton olehmu”, ujar chanyeol, “orang yang paling sulit aku temui di kelas 2-4”

aku tersenyum, “sekarang kan sudah bertemu”

“nah, oleh karena itu”, ia tiba-tiba menarik tanganku, “aku akan mengajakmu ke suatu tempat”

kami berlari menyusuri halaman belakang sekolah, lalu sampai di sebuah pantai. aku tidak tahu di sini ada pantai, dan mungkin orang lain pun banyak yang tidak tahu. sehingga pasir dan air lautnya bersih sekali

“kamu pasti belum pernah kesini”, ujar chanyeol sambil meletakkan tas sekolahnya ke bawah. ia lalu membentangkan handuk kecilnya dan menepuknya sedikit, “nah, silakan duduk”

aku tertawa kecil. mungkin karena banyak orang di sekolah yang tahu kalau aku anak orang kaya dan punya kondisi tubuh yang lemah, hampir semua orang memperlakukanku seperti seorang putri. aku kemudian duduk disebelahnya

“gomawo”

“nah”, chanyeol menatapku, “aku ingin tahu beberapa hal tentangmu”

aku mulai bercerita. tentangku yang sebenarnya agak malu turun dengan mobil mewah dan tiga orang pengawal yang membukakan pintu. kemudian tentang kakakku yang tegas, keras kepala, namun amat sayang kepadaku. tentang kebiasaanku yang langsung pulang ke rumah tanpa ikut ajakan minah untuk sekedar nongkrong di café atau norebang di tempat karaoke yang terkenal di apgujeong. dan tentangku yang ingin hidup lebih lama dan merasakan sedikit kebebasan

“nah, karena aku terus yang bercerita”, aku tersenyum, “sekarang giliranmu”

ia tertawa, “aku? ya.. seperti yang kau lihat”, ujarnya, “anak nakal, memimpin perkelahian, namun aku senang karena banyak teman. oh iya, mungkin ada yang belum kau ketahui. ayahku dulu seorang pengacara. namun karena ia sudah meninggal, jadi aku berusaha menutupi hutang-hutangnya dengan kerja sambilan dimana-mana”

aku terperangah, “kau.. kerja sambilan?”

“ya, kenapa tidak”, ujarnya sambil memamerkan banyak kartu alamat restoran-restoran dan café, “aku bekerja di beberapa tempat ini. sekali-sekali kau datang ya bersama minah dan yang lain. aku sangat senang kalau dikunjungi”

aku sadar ia sangat lain daripada yang lain, tidak hanya sekedar anak sekolah yang belajar lalu bermain. juga tentang betapa sempitnya pergaulanku yang hanya dipenuhi oleh teman-teman sekelasku atau teman-temannya suho oppa dari kaum sosialita korea

kemudian kami menghabiskan waktu dengan membuat gambar-gambar dari pasir dan istana pasir. chanyeol orang yang lucu dan menyenangkan, karena ia menghiburku lebih dari sekedar hadiah-hadiah dari suho oppa atau pelukan dan kata-kata bijak dari sehun oppa. ia berhasil membuatku tertawa

“jiyoung-ah”, chanyeol memanggilku, “aku senang karena apa yang dikatakan oleh minah benar tentangmu”

“apa?”

“bahwa kau orang yang baik dan menyenangkan”, kata chanyeol tulus, “senang bisa berkenalan denganmu”

aku tersenyum menahan wajahku yang memerah. lalu aku baru sadar akan sehun oppa yang mencariku. aku segera meraih ponsel-ku. benar saja, 10 missed calls dan ponselku langsung bergetar lagi

Incoming call

Oh Sehun

“jiyoung-ah, eodiya? suho hyung menunggu kita untuk pemotretan”

“m-mianhae oppa. aku masih ada di sekitar sekolah”, jawabku terbata-bata. chanyeol menatapku cemas

“baiklah, aku sudah menunggumu daritadi. kukira kau pergi entah kemana”, ujarnya, “aku menunggumu di depan gerbang sekolah. supirmu sudah aku suruh pulang jadi kau pulang bersamaku ya”

aku menutup telepon lalu segera mengambil tasku untuk pulang

“sudah ada yang menjemput?”, sahut chanyeol, “tunggu, aku akan mengantarmu”

ia bersikeras mengantarku meski kutolak. akhirnya aku memperbolehkannya mengantarku sampai gedung belakang sekolah. begitu aku menghentikan langkahku, ia melihat sehun oppa yang berjalan menghampiri kami berdua

“ini yang menjemputmu?”, Tanya chanyeol saat sehun oppa berdiri di depan kami

“n-ne”, jawabku gugup, “terimakasih sudah mengantarku, chanyeol-ssi. oh iya dan ini perkenalkan..”

“aku sudah tahu”, ujar sehun, “kau park chanyeol, kelas 2-3 kan? ayo jiyoung-ah, kita pulang sekarang”

lenganku ditarik oleh sehun oppa saat aku hendak berpamitan dengan chanyeol. entah ekspresi apa yang ada di wajah chanyeol, ia tetap menatapku sampai aku masuk ke mobil

kini giliran aku terkena omelan sehun oppa

“mengapa kau bisa diantar oleh park chanyeol?! kemana minah?”

“minah berduaan dengan jongin”, jawabku jengkel, “aku baru selesai menonton pertandingan sepakbola antar angkatan. kemudian chanyeol..”

“pertandingannya sudah selesai dari tadi siang”, sehun memutus omonganku, “darimana saja kau sampai sore begini bersama chanyeol?”

“a-aku..”, aku menundukkan kepala dalam-dalam, “aku diajak chanyeol berkeliling sekolah. ia bilang aku pasti belum pernah ke tempat-tempat yang bagus di sekolah”

“ia tidak tahu kalau kau sakit?”, sehun menghela napas panjang, “tapi syukurlah kau tidak diapa-apakan olehnya. kau tahu, dia itu anak nakal”

“ani”, aku menatap jendela sambil membayangkan segala yang terjadi hari ini dan kemarin, “menurutku dia orang yang baik. kapan-kapan akan aku kenalkan chanyeol kepadamu, oppa”, aku tersenyum semanis mungkin pada sehun oppa agar ia tidak mengomeliku lagi. tunangan macam apa dia, seharusnya ia memperlakukanku seperti selayaknya umurku bukan seperti anak kecil

photoshoot kami berlangsung lancar. aku menuruti saja semua arahan dari fotografer dan ikut mengangguk-angguk setuju dengan hasilnya. padahal, menurutku itu jelek sekali. poseku terlalu dingin dan tidak tulus, begitupun dengan sehun oppa meskipun kami memakai pakaian rancangan terbaik dari designer ternama, termasuk dari clothing line esklusif milik jiwon eonni. alhasil terlihat seperti model katalog, bukannya photoshoot pre-wedding

aku masih heran dengan apa yang dilakukan oleh sehun oppa menurutku berbanding terbalik dengan yang ia rasakan sebenarnya. ia boleh saja merawatku, mengantarku kemana-mana, bahkan saat ia memeluk atau menciumku. seperti tidak ada ketulusan di sana, karena ia selalu menatapku dan semua orang dengan dingin meskipun ia sangat baik padaku. disaat aku memikirkan itu, tiba-tiba ponselku berbunyi

Incoming Call

+8285697724xx

 

“yeoboseo?”

“yeoboseo, jiyoung?”

“nugueyo?”

“i-ini… park chanyeol”

aku membeku, “chanyeol-ssi? mengapa meneleponku?”

“gwenchana”, chanyeol tertawa sedikit, “sudah sampai di rumah? mianhae, pasti kau dicari oleh orang-orang serumah”

aku tersenyum, “ya.. begitulah. tetapi aku tidak menyesal”

“wae?”

“aku senang melihat tempat yang ditunjukkan olehmu. indah sekali”, wajahku bersemu merah karena pertama kali berbicara seperti itu. padahal aku sendiri tidak pernah flirting pada sehun oppa

“syukurlah, kalau begitu tidak sia-sia aku membawamu ke tempat favoritku”, ujarnya senang. wajahku semakin memerah

“sedang apa jiyoung-ah?”

“sedang beristirahat, kau?”

“memikirkan sesuatu”

“apa?”

“kamu”

“aish, jinjjayeo?”

“ne. entah kenapa aku terus memikirkanmu”

aku tertawa. chanyeol orang yang sangat jujur pada dirinya dan juga orang lain. aku benar-benar terkesan. kemudian kami mengobrol tentang banyak hal sampai jiwon eonni membuka pintu kamarku

“astaga, kau belum tidur juga?? besok kan sekolah!”, serunya jengkel. terpaksa aku mengakhiri percakapanku dengan chanyeol. untungnya jiwon eonni tidak curiga aku bertelefon dengan siapa. mungkin ia menyangka aku berbicara dengan minah atau sulli

hari ini sangat menyenangkan. bahkan sehun oppa pun tidak tidur di kamarku karena sedang belajar untuk ujiannya besok. benar-benar sempurna

***

“jiyoung?”

aku mengangguk

“kim jiyoung teman sebangku-ku maksudmu?”, minah menahan tawa

aku merengut, “memangnya kenapa sih?!”

“chanyeollie, jebal”, minah tertawa terpingkal-pingkal, “jiyoung itu anak pemilik perusahaan junmyeon & co. nomor 5 terkaya se-asia. kabarnya ibunya masih keturunan barat jadi wajahnya cantik unik seperti itu. rangkingnya 5 besar terus, tidak seperti kamu”

“maksudnya?”

“jadi mana mungkin usaha pendekatanmu dengan jiyoung berhasil, otak udang!”, minah menghajarku telak dengan perkataan sadisnya yang tajam seperti silet

“tapi minah-ya, menurutku jiyoung tidak seperti itu”, sulli menyanggah, “buktinya dia mau berteman dengan kita yang bukan siapa-siapa ini dibanding gerombolan anak-anak orang kaya itu”

“diluar itu teman-temannya semua sosialita korea, paboya”, minah mencubit pipi sulli, “tapi benar juga sih apa katamu. kalau dia sama seperti anak-anak kaya yang lain, tentu ia tidak mau sebangku denganku melainkan dengan jung krystal itu”

jongin menggeleng-gelengkan kepalanya, “dasar yeoja”, ujarnya lalu merangkul minah, “ya, sudah dua hari chanyeol membicarakan jiyoung terus dan itu membuatku gila. aku ingin mendapatkan solusi agar begundal kecil ini tidak terus menerus membicarakan jiyoung lagi”

“ya sudah coba saja dekati dia”, ujar minah jengkel, “tapi kau harus tanggung resikonya kalau akan berakhir kurang menyenangkan”

aku tersenyum kecut. baru kali ini aku mendekati yeoja yang begitu.. ternyata jauh dari jangkauanku. sejak aku pertama kali melihatnya di depan kelas, aku begitu penasaran dengan yeoja ini. keceriaannya, tawa manisnya, dan sepertinya dia orang yang baik dan pantas aku pertahankan. tapi belum apa-apa ternyata rintangannya sudah selengkap ini

ah, tapi orang seperti dia pasti mau dengan orang sepertiku. bukan kekayaan lagi kan yang ia cari?

“oh iya, masih ingat tidak waktu kita melihat jiyoung diantar pulang oleh sehun sunbaenim?? ternyata mereka sedang dekat ya! apa jangan-jangan mereka akan dijodohkan? mengingat sehun sunbaenim juga anak pengusaha kaya sekaligus tokoh politik ternama..”

what a complete package. jongin menepuk-nepuk pundakku sambil tertawa antara kasihan dan mengejekku

“tenang, jiyoung selalu merengut setiap aku meledeknya dengan si pangeran sempurna itu”

mungkin jiyoung tidak mau dijodohkan. aku juga melihat ekspresi penuh protesnya saat ditarik lengannya oleh sehun setelah kami berjalan-jalan ke pantai. makanya aku khawatir dengan meneleponnya pada malam itu

lagipula tanpa diberitahu oleh mereka pun aku sudah tahu ada sesuatu di antara mereka. entah pacar, sepupu, tapi ternyata lebih buruk lagi

pada malam setelah menelepon jiyoung, sebenarnya aku melihat sebuah berita di sebuah website

Royal Wedding akan terulang lagi: Anak Pengusaha dan juga politikus ternama Oh Sanwoo bertunangan dengan Putri dari group Junmyeon & Co.

Disitu kulihat foto jiyoung dan juga foto sehun yang disatukan

2 thoughts on “Coma

Leave a comment